Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) merupakan sebuah organisasi gereja Protestan di Indonesia yang berasal dari penginjilan oleh Dr. A. C. Kruyt dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang tiba di Poso pada tahun 1892, serta Dr. N. Adriani dari NZG yang datang pada tahun 1895. Pembaptisan pertama dilakukan pada 25 Desember 1909 di Kasiguncu kepada Kepala Suku Pebato, Papa I Wunte, dan Ine I Maseka bersama sekitar seratus pengikut mereka. Pemerintah secara resmi mengakui GKST sebagai gereja pada tahun 1947. Dalam sebuah konferensi pada Februari 1939, J. Kruyt menyampaikan gagasannya terkait pelayanan Injil di Sulawesi Tengah, dengan mempertanyakan apakah saatnya telah tiba untuk memberikan perhatian pada pengorganisasian gereja pribumi Sulawesi Tengah secara menyeluruh.
Peserta menyambut dengan antusias arah dan tujuan yang diajukan, sehingga persiapan untuk mendirikan gereja yang berdiri sendiri di Sulawesi Tengah pun dimulai. Namun, dengan meletusnya Perang Dunia, kebutuhan untuk mengorganisasi gereja di Sulawesi Tengah menjadi semakin mendesak. Kedatangan Jepang memicu para penginjil di wilayah tersebut untuk membentuk klasisklasis dan memilih para ketua klasisklasis yang memimpin gereja selama masa perang. Setelah perang usai, Sinode Pertama diselenggarakan di Tentena pada 14-19 Oktober 1947, yang menghasilkan keputusan penting mengenai tata gereja, badan pengurus sinode, serta penetapan berdirinya Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) pada tanggal 18 Oktober 1947.
Sejak pendiriannya, GKST berkomitmen untuk mengembangkan pelayanannya. Pada tahun 1948, GKST bergabung sebagai anggota Dewan Gereja Dunia dan dua tahun kemudian menjadi anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).
Sejak saat itu, GKST terus memperbaiki diri dalam melaksanakan pelayanan penyelamatan manusia secara menyeluruh. Untuk mengawasi arah perkembangan GKST, sidang sinode diadakan secara berkala setiap beberapa tahun. Saat ini, GKST terdiri dari 27 klasis yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah (termasuk Poso, Morowali, Tojo Una-Una, Parigi Moutong, dan Sigi/Donggala/Kodya Palu) serta Sulawesi Selatan (Luwu Utara dan Luwu Timur).
Selanjutnya, dibentuk berbagai panitia yang menangani pelayanan gereja dalam bidang teologi, penginjilan, pendidikan, asosiasi kategorial, diakonia, pernikahan, ketertiban, keuangan, dan lain-lain. Dari upaya ini, didirikan Yayasan Pendidikan dan Perguruan Kristen GKST, Sekolah Teologi (lanjutan dari Sekolah Guru Injil), Yayasan Pembangunan Masyarakat, serta berbagai organisasi untuk anggota gereja seperti Persatuan Bapak Kristen, Persatuan Ibu Kristen, Persekutuan Pemuda Kristen, Komisi Remaja, dan Komisi Sekolah Minggu Sinode.